Jumat, 27 Februari 2009

Novel Bagus : Masih di masak Nich...................

PROLOG


Ya, aku bersedia,” kata Beth.

Dia berlagak kaget, tetapi sikapnya kurang meyakinkan karena sejak keduanya sama-sama belajar di sekolah dia sudah bertekad ingin menjadi istri Danny. Namun akhirnya dia benar-benar kaget karena di tengah-tengah restoran yang padat pengunjung itu mendadak Danny berlutut hadapannya!

Ya, ya, aku bersedia,” kata Beth sekali lagi, sambil berharap Danny segera bangkit karena khawatir orang-orang di sana akan berhenti makan dan memperhatikan ulah mereka. Tapi Danny tidak juga beranjak dari tempatnya. Dia masih saja berlutut dan seperti seorang pesulap, tiba-tiba tangannya sudah memegang sebuah kotak kecil. Dibukanya kotak itu lalu dia keluarkan selingkar cincin emas dengan batu permata yang lebih besar dari dugaan Beth, meskipun kakaknya sempat bercerita bahwa dia terpaksa menabung dua bulan gajinya untuk membeli cincin itu.

Ketika akhirnya Danny berdiri, lagi-lagi Beth dibuatnya kaget. Dengan cepat dia menghubungi sebuah nomor dengan ponselnya, dan Beth tahu pasti nomor siapa yang dihubunginya.

Dia bilang YA!” teriak Danny kegirangan. Beth tersenyum-senyum sambil mengamati cincin berlian itu di bawah sinar lampu. “Ayo bergabunglah dengan kami,” lanjut Danny sebelum Beth sempat mencegahnya.”Oke, kalau begitu kita ketemu di bar yang di dekat Fulham Road--tempat kita pesta sampanye setelah nonton pertandingan Chelsea tahun lalu. Sampai ketemu di sana, sobat.”

Beth tidak keberatan. Toh Bernie satu-satunya saudara yang dia punya, sekaligus sahabat Danny yang paling dekat. Boleh jadi Danny bahkan sudah meminta Bernie untuk menjadi pendamping mempelai pria di pesta pernikahan nanti.

Sambil mematikan ponsel, Danny memanggil pelayan yang lewat dan minta dibawakan tagihannya. Pelayan itu buru-buru mendekatinya.

Semuanya gratis Tuan,” kata pelayan itu sambil tersenyum ramah. Malam itu benar-benar penuh kejutan.

Ketika Beth dan Danny sampai di Dunlop Arms, mereka lihat Bernie sudah duduk di meja pojok dengan satu botol sampanye dan tiga gelas di sampingnya.

Kabar bahagia!” seru Bernie menyambut kedatangan mereka.

Terima kasih, sobat!” balas Danny sambil menjabat tangan Bernie. “Aku sudah memberitahu Ayah dan Ibu.” kata Bernie sambil mencabut gabus penutup sampanye dan menuangkan isinya ke dalam gelas-gelas itu. “Sepertinya mereka tak begitu kaget. Lagipula rencana kalian memang sudah bukan rahasia lagi di kota ini.”

Jangan-jangan ayah dan ibu mau menyusul ke sini juga?” kata Beth dengan was-was. “Mustahil,” sahut Bernie sambil mengangkat gelasnya. “Kali ini hanya aku saksi kalian. Mari bersulang untuk kebahagiaan kalian dan kemenangan West Ham!”

Paling tidak satu harapanmu itu pasti terkabul,” jawab Danny.

Kalau bisa kau pasti mau kawin juga dengan kesebelasan itu,” ujar Beth sambil tersenyum menggoda Bernie.

Oh, mungkin bahkan lebih gila dari itu.” balas Bernie.

Danny tertawa.’Aku rela mengawini Beth dan West Ham sampai mati.”

Kujalani semuanya di sisa hidupku. Umur panjang dan mendukung West Ham!”

Kecuali tiap hari Sabtu sore,” sela Bernie.

Dan mungkin lebih banyak malam Minggu yangh harus kau korbankan kalau kau mengambil-alih bisnis ayah nanti,” kata Beth.

Tiba-tiba wajah Danny merengut. Pada jam istirahat siang tadi dia harus menghadap ayah Beth untuk meminta restunya—banyak tradisi yang sulit dihilangkan di di East End. Tuan Wilson amat senang menyambut Danny menjadi calon menantunya, tapi lelaki itu juga mengaku telah berubah pikiran tentang sesuatu yang pernah mereka sepakati.

Dan kau pikir aku akan memanggilmu ‘bos’ jika kau bisa mewarisi bisnis ayahku?” sela Bernie tiba-tiba. “Lupakan itu.” Danny diam tak berkomentar.

Hei, sepertinya aku mengenal dia.” Kata Beth tiba-tiba.

Danny menengok ke arah empat lelaki yang berdiri di dekat bar. “Ya, wajahnya mirip sekali.”

Mirip siapa?” tanya Bernie penasaran.

Mirip pemeran Dr. Beresford di film seri The Prescription.”

Lawrence Davenport,” bisik Beth.

Wah, kalau begitu biar aku minta tanda-tangannya!” teriak Bernie.

Jangan, tak usah.” Cegah Beth, “ Meskipun aku selalu tak pernah melewatkan setiap episode filmnya.

Ah, kau pasti naksir dia!.” goda Bernie sambil kembali mengisi gelas mereka sampai penuh.

Sama sekali tidak!” balas Beth dengan sedikit emosi sampai-sampai salah satu lelaki yang berdiri di bar itu menoleh kepadanya.

Biar bagaimana pun, Danny jauh lebih tampan ketimbang Lawrence Davenport,” lanjutnya sambil tersenyum kepada tunangannya.

Teruslah berkhayal, dik!” balas Bernie. “Hanya karena sekali ini Danny bercukur dan keramas, jangan kau pikira dia akan selalu begitu. Ingat, calon suam,iumu Cuma pekerja bengkel di East End, bukan orang kantoran.”

Danny bisa jadi apa saja yang dia mau!” balas Beth sambil meraih tangan Danny.

Jadi siapa dia ini, dik? Taipan atau pecundang?” ejek Bernie sambil memukul lengan Danny.

Danny sudah punya rencana untuk bengkel ayah, yang akan membuatmu...”

Ssst, sudah,” potong Danny sambil mengisi gelas Bernie yang sudah kosong.

Dia memang harus punya rencana. Hidup berumahtangga memang tidak murah,” balas Bernie. “Sebagai langkah awal, kalian mau tinggal di mana?”

Di sudut jalan ada flat di lantai dasar yang akan dijual.” sahut Danny.

Memangnya kalian sudah punya dana?” desak Bernie. “Karena flat di lantai bawah itu mahal, meskipun letaknya di East End.”

Kami sudah menabung dan cukup untuk membayar uang jaminan flat itu,” jawab Beth. “Dan kalau Danny sudah memegang bisnis ayah nanti...”

Kalau begitu mari kita rayakan!” ujar Bernie--tapi ternyata botol mereka sudah kosong. “Aku mau pesan sampanye lagi”

Sudah. Sudah cukup.” Cegah Beth dengan tegas.

Besok aku harus datang ke kantor tepat waktu. Aku mau pulang meskipun kalian belum puas minum.”

Peduli amat!” sergah Bernie. “Kan tidak setiap hari adikku bertunangan dengan sahabatku. Tolong satu botol lagi!” teriaknya.

Penjaga bar tersenyum sambil mengambil sebotol sampanye dari lemari es kecil di bawah mejanya. Salah satu lelaki yang berdiri di dekat bar tadi menbaca label sampanye itu. “Pol Roger,” celetuknya sinis. “Anggur semahal ini buat orang-orang seperti mereka?”

Seketika Bernie melompat dari kursinya, tapi cepat-cepat lengannya ditarik Danny.

Jangan ditanggapi mereka,” kata Danny. “Percuma saja.”

Penjaga bar itu cepat-cepat menghampiri mereka. “Tak usah dilayani celoteh orang-orang itu, sobat!” ujar pelayan itu sambik membuka sumbat penutup botol “Salah satu dari mereka sedang berulang tahun, dan terus terang mereka sudah mulai teler.”

Ketika pelayan itu sibuk mengisi gelas mereka, Beth mengamati keempat orang tadi. Salah satu dari mereka menatapnya. Tiba-tiba orang itu berkedip, lalu menjilati bibirnya sendiri. Cepat-cepat Beth berpaling dan merasa lega ketika dilihatnya Bernie dan Danny yang sedang asyik ngobrol.

Jadi kalian mau berbulan madu kemana?”

Saint Tropez,” jawab Danny.

Wah, wah, tabungan kalian bisa habis di sana nanti.”

Yang pasti kau tak boleh ikut kali ini,” goda Beth.

Tiba-tiba terdengar suara dari arah bar, “Cewek itu menarik juga kalau membuka mulutnya.”

Cepat-cepat Bernie berdiri, dan dua orang di bar itu memandangnya dengan tatapan menantang.

Mereka mabuk,” kata Beth. “Jangan hiraukan mereka.”

Oh, aku baru tahu sekarang,” kata salah satu lelaki di bar itu. “Kadang-kadang cewek yang buka mulut merangsang juga.”

Bernie menyambar botol sampanye yang kosong, dan setengah mati Danny menahannya.

Aku mau pulang saja,” kata Beth tiba-tiba.

Aku tak sudi pesta pertunanganku dirusak orang-orang sok jagoan seperti kalian ini.”

Danny segera beranjak dari kursinya. Tapi Bernie tetap duduk menikmati minumannya.

Ayo kita pulang Bernie, sebelum kita berbuat sesuatu yang akan kita sesali nanti.” Kata Danny.! Dengan enggan, Bernie bangkit dan menyusul sahabatnya. Tapi matanya tak sedetik pun lepas dari keempat orang yang berdiri di bar itu. Beth lega bukan main ketika dia lihat ke empat orang itu kembali asyik mengobrol.

Tapi ketika Danny membuka pintu belakang, tiba-tiba satu dari keempat orang itu berbalik. “Pulang, ya?” ejeknya. Lalu dia mengeluarkan dompetnya seraya berkata, “Hei bung, kalau kalian sudah selesai dengan cewek itu, kami masih punya uang receh untuk pesta seks dengannya!”

Mulutmu busuk!” teriak Bernie dengah marah.

Kalau begitu mari kita selesaikan di luar!” tantang lelaki itu.

Dengan senang hati, bangsat” balas Bernie, ketika Danny cepat-cepat mendorongnya keluar sebelum dia sempat berbicara lagi. Beth membanting pintu bar itu lalu mulai berjalan menyusuri gang. Danny mencekal lengan Barnie kuat-kuat, namun baru beberapa langkah mereka berjalan, Barnie berontak mencoba melepaslan diri. “Aku kembali ke dalam dan kita hajar mereka,” katanya dengan kesal.

Jangan sekarang!” cegah Danny sambil terus memegangi lengan Bernie dan terus berjalan.

Sesampai di jalan besar Beth melihat orang yang oleh Bernie disebut ‘bangsat’ tadi sudah berdiri dengan sebelah tangan disembunyikan di balik punggungnya. Dia memandang Beth dengan penuh nafsu dan lagi-lagi menjilati bibirnya sendiri. Pada saat yang sama ketiga temannya menyusul dari sudut jalan dengan napas agak tersengal. Beth menoleh kepada Bernie yang sudah berdiri siaga dengan kaki sedikit mengangkak. Bernie tersenyum.

Ayo kita masuk lagi ke dalam!” teriak Beth pada Danny, tapi dua dari keempat orang tadi berdiri di depan pintu menghalangi jalannya.

Persetan!” kata Bernie. “Sekarang saatnya kita beri pelajaran kepada begundal-begundal itu!”

Jangan. Jangan!” pinta Beth ketika salah satu dari mereka berjalan ke arahnya.

Kau hajar si bangsat itu,” kata Bernie, “Tiga yang lainnya biar kubereskan!”

Beth sangat ketakutan ketika dilihatnya kepalan tangan ‘si bangsat’ itu mendarat tepat mengenai dagu Danny sehingga dia terhuyung, namun masih sempat menangkis serangan berikutnya. Danny berkelit dan satu pukulannya dengan telak mendarat di tubuh lelaki itu. Lelaki itu sempoyongan, lalu cepat-cepat berdiri dan melayangkan tinju ke arah Danny.

Karena dilihatnya dua lelaki yang berdiri di pintu bar itu tak bernafsu untuk ikut bergumul, Beth mengira perkelahian itu tak akan berlangsung lama. Dilihatnya Bernie memukul lawannya dengan keras dan berhasil merobohkannya. Sambil menunggu lawannya bangun kembali, Bernie berseru pada Beth. “Tolong cari Taxi, dik! Kami akan segera selesai dan kita harus cepat-cepat pergi dari sini.”

Beth menoleh ke arah untuk memastikan Danny dapat mengatasi lawannya. Benar saja, laki-laki yang disebutnya bangsat itu terkapar di tanah, dan Danny berdiri tegak, sepenuhnya dapat mengendalikan situasi. Untuk terakhir kalinya Beth menatap mereka sebelum dia menuruti permintaan Bernie. Dia lari menyusuri gang dan sesampai di jalan besar dia mulai mencari taksi. Beberapa menit kemudia dilihatnya taksi yang kosong.

Beth menghentikan taksi tersebut, dan pada saat yang sama laki-laki yang tadi dirobohkan oleh Bernie berjalan terseok-seok ditelan gelapnya malam.

Kemana?” tanya si sopir taksi.

Bacon Road, Bow” jawab Beth. “ Dua orang temanku akan segera menyusul,” lanjutnya sembari membuka pintu belakang.

Sopir itu menoleh sekilas kepadanya, lalu melihat ke arah gang.

Kurasa mereka tak butuh taksi,” kata sopir itu. “kalau mereka temanku, pasti akan kupanggilkan ambulans.”

Best Buy Novel : translation

Tunggu ya masih saya masak biar jadi hidangan segar dan menyehatkan

Yarmanto